Sebagai salah satu rujukan makanan khas Yogya adalah Bakpia, Salah satunya adalah Bakpia Kumbu Putih Pak Dhiyat,
Berdiri sejak 1986 berlokasi di Keparakan Lor MG I/ 869, RW.09 RT.43 Mergangsan, Yogyakarta
Telp. 0274 - 387 240, HP. 0856 4302 0217 / 0857 9914 800 1
Harga Sekitar Rp 16.000
website resmi: http://bakpiadhiyat.com
Berikut artikel yang dikutip dari dari koran merapi..
rujukan :
http://222.124.164.131
http://bakpiadhiyat.com
Berdiri sejak 1986 berlokasi di Keparakan Lor MG I/ 869, RW.09 RT.43 Mergangsan, Yogyakarta
Telp. 0274 - 387 240, HP. 0856 4302 0217 / 0857 9914 800 1
Harga Sekitar Rp 16.000
website resmi: http://bakpiadhiyat.com
Berikut artikel yang dikutip dari dari koran merapi..
KESULITAN biaya, memaksa Giyat (52) berhenti sekolah dan hanya mendapatkan ijazah SD. Ia lantas masuk di dunia kerja dengan menjadi karyawan di perusahaan bakpia ternama di Yogyakarta. Berkat ketelatenan dan keuletannya, Giyat berhasil mandiri dan menjadi pengusaha bakpia yang cukup ternama.
Di usianya yang masih sangat belia, Giyat terpaksa menjadi buruh di perusahaan bakpia. Dengan gaji yang tak seberapa, lelaki kelahiran Wonosari ini bekerja keras setiap hari. Dari sanalah, Giyat belajar bagaimana cara membuat bakpia, yang hingga kini masih menjadi oleh-oleh utama khas Yogya.
”Dari kecil, saya memang suka menabung. Gaji yang tak seberapa itu, lantas saya kumpulkan dan saya belikan emas. Saya masih ingat betul, emas yang semula hanya 5 gram, terus bertambah hingga menjadi 25 gram,” terang Giyat kepada Merapi di kediamannya belum lama ini.
Tahun 1985, Giyat memutuskan keluar dari pekerjaan dan berupaya untuk memproduksi bakpia sendiri. Selain uang simpanannya, Giyat juga mendapat pesangon dari perusahaan tempatnya bekerja. Uang tersebut, lantas digunakan untuk menyewa rumah bambu, membeli peralatan dan bahan sebagai modalnya membuat bakpia.
”Dari awal, saya memang sudah mengutamakan kualitas. Bahan-bahan yang saya gunakan, selalu kualitas nomor satu, karena bagi saya, membuat bakpia tidak boleh sembarangan. Agar rasa yang dihasilkan juga istimewa,” ujar Giyat yang lantas memberikan nama Dhiyat untuk bakpia produksinya.
Pemasaran yang dilakoni Giyat tidaklah mudah. Suami Tusiyem (38) ini harus keliling hingga luar kota untuk menyetorkan bakpianya ke toko oleh-oleh ternama di wilayah sekitar seperti Purworejo, Muntilan dan Magelang dengan menggunakan motor.
Di luar dugaan, bakpia buatannya diterima pasar dengan baik. Pesanan datang terus menerus dari banyak pelanggan, sehingga Giyat memutuskan berhenti keliling tahun 1989.
Ayah Nila Subekti, Yusuf Darmanjati dan Anjani Devi Fatullah ini lantas membuka pesanan di kediamannya, Keparakan Lor MG 1 RT 43/09 Yogya.
Bakpia dengan label Dhiyat tersebut kini sudah tersohor di seluruh wilayah di Indonesia.
”Tahun 1995, usaha kami sempat merosot akibat adanya oknum penjual oleh-oleh yang menggunakan bahan tidak berkualitas, sehingga pembeli takut. Saya bahkan harus menghentikan semua karyawan karena sepi pesanan,” keluhnya.
Meski demikian, kondisi tersebut tak berlangsung lama. Giyat selalu meminta pembeli mencicipi terlebih dahulu agar mengetahui rasanya. Lambat laun, pesanan kembali mengalir hingga usaha bakpianya pulih. Sedikitnya, 500 kotak bakpia mampu ia produksi setiap hari.
”Saat ini, saya sudah merasakan manisnya hasil jerih payah yang saya bangun berpuluh-puluh tahun. Dulu saya bekerja menjadi karyawan, kini saya menjadi tumpuan karyawan saya. Rumah yang dulu hanya kontrak, berhasil saya beli. Saya sangat mensyukuri semua ini. Untuk menjadi sukses memang tidak mudah. Kuncinya hanya ulet dan tidak berputus asa,” lanjutnya. (Amin Kuntari)-g
Di usianya yang masih sangat belia, Giyat terpaksa menjadi buruh di perusahaan bakpia. Dengan gaji yang tak seberapa, lelaki kelahiran Wonosari ini bekerja keras setiap hari. Dari sanalah, Giyat belajar bagaimana cara membuat bakpia, yang hingga kini masih menjadi oleh-oleh utama khas Yogya.
”Dari kecil, saya memang suka menabung. Gaji yang tak seberapa itu, lantas saya kumpulkan dan saya belikan emas. Saya masih ingat betul, emas yang semula hanya 5 gram, terus bertambah hingga menjadi 25 gram,” terang Giyat kepada Merapi di kediamannya belum lama ini.
Tahun 1985, Giyat memutuskan keluar dari pekerjaan dan berupaya untuk memproduksi bakpia sendiri. Selain uang simpanannya, Giyat juga mendapat pesangon dari perusahaan tempatnya bekerja. Uang tersebut, lantas digunakan untuk menyewa rumah bambu, membeli peralatan dan bahan sebagai modalnya membuat bakpia.
”Dari awal, saya memang sudah mengutamakan kualitas. Bahan-bahan yang saya gunakan, selalu kualitas nomor satu, karena bagi saya, membuat bakpia tidak boleh sembarangan. Agar rasa yang dihasilkan juga istimewa,” ujar Giyat yang lantas memberikan nama Dhiyat untuk bakpia produksinya.
Pemasaran yang dilakoni Giyat tidaklah mudah. Suami Tusiyem (38) ini harus keliling hingga luar kota untuk menyetorkan bakpianya ke toko oleh-oleh ternama di wilayah sekitar seperti Purworejo, Muntilan dan Magelang dengan menggunakan motor.
Di luar dugaan, bakpia buatannya diterima pasar dengan baik. Pesanan datang terus menerus dari banyak pelanggan, sehingga Giyat memutuskan berhenti keliling tahun 1989.
Ayah Nila Subekti, Yusuf Darmanjati dan Anjani Devi Fatullah ini lantas membuka pesanan di kediamannya, Keparakan Lor MG 1 RT 43/09 Yogya.
Bakpia dengan label Dhiyat tersebut kini sudah tersohor di seluruh wilayah di Indonesia.
”Tahun 1995, usaha kami sempat merosot akibat adanya oknum penjual oleh-oleh yang menggunakan bahan tidak berkualitas, sehingga pembeli takut. Saya bahkan harus menghentikan semua karyawan karena sepi pesanan,” keluhnya.
Meski demikian, kondisi tersebut tak berlangsung lama. Giyat selalu meminta pembeli mencicipi terlebih dahulu agar mengetahui rasanya. Lambat laun, pesanan kembali mengalir hingga usaha bakpianya pulih. Sedikitnya, 500 kotak bakpia mampu ia produksi setiap hari.
”Saat ini, saya sudah merasakan manisnya hasil jerih payah yang saya bangun berpuluh-puluh tahun. Dulu saya bekerja menjadi karyawan, kini saya menjadi tumpuan karyawan saya. Rumah yang dulu hanya kontrak, berhasil saya beli. Saya sangat mensyukuri semua ini. Untuk menjadi sukses memang tidak mudah. Kuncinya hanya ulet dan tidak berputus asa,” lanjutnya. (Amin Kuntari)-g
rujukan :
http://222.124.164.131
http://bakpiadhiyat.com
bakpia lainnya | Keparakan Lor MG I/ 869 |
Yogyakarta | |
--------------------------- |
saya sangat terkesan dengan usaha yang bapak rintis.....
BalasHapussaya penggemar bakpia bapak, setiap saya kejogjakarta pasti beli bakpia bapak, pertama kali saya beli bapkpia bapak saya dapet rekomendasi dari bapak mertua saya ( teguh ) asal surabaya,....dan sampai sekarang jika saya atau istri saya ke jogja pasti tdk lupa beli bakpia BP.Dhiyat......thanks to bakpianya......
terima kasih mas yoedha touring, ditunggu orderan berikutnya. :)
HapusSebelumnya saya ucapkan terima kasih untuk http://penggemar-kuliner-nusantara.blogspot.com yang sudah memposting bakpia Bp. Dhiyat, buat yang ingin tau lebih lanjut tentang bakpia Bp. Dhiyat, silahkan mengunjungi website kami di http://www.bakpiadhiyat.com.
BalasHapusTerima kasih.
Mau coba ah....
BalasHapus